Minggu, 30 Januari 2011

Si Kancil dan Kelicikan Birokrasi

Teringat sebuah kisah ketika saya masih kecil yaitu cerita Si Kancil. Ketika dan sampai sekarang say belum tahu persis cerita it diciptakan hanya sebagai sebuah dongeng pengantar tidur atau sebagai cerita tentang kecerdikan Kancil dalam mengelabui hewan yang lebih kuat darinya ataupun Pak tani penanam ketimun. Namun sekarang saya mempunyai persepsi lain mengenai cerita Kancil ini.

Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri untuk pergi ke desa-desa yang ada disekitar rumah saya di lereng Merapi. Ketika itu saya bertanya kepada beberapa orang tua yang ada di desa saya mengenai cerita ini.Saya ingin tahu kapan cerita kancil ini mulai muncul. Jawaban mereka rata-rata berkisar pada masa penjajahan, karena ketika orang yang saya tanyai itu masih kecil ( sekarang berumur kurang lebih 70 tahun ) cerita itu telah di cerikan kepada dirinya.
Saya mulai berpikir ala seorang ilmuwan canggih mengenai cerita ini. Setelah saya berpikir berhari-hari saya menemukan ingin memutuskan bahwa cerita Kancil bukanlah cerita yang dibuat hanya untuk anak kecil saja, melainkan sebuah kritik secara tidak langsung atas kelicikan pemerintah yang sedang berkuasa pada saat itu. Ilmu mengira-ira saya mengatakan cerita itu sanagat erat kaitannya dengan kritik-kritik terhadap rezim yang berkuasa. Misalnya ketika kancil membohongi gajah yang harus bersembunyi pada sebuah lubang dan sigajah tak bisa lagi kembali keatas. Cerita ini bisa saya ibaratkan ketika zaman jepang dimana orang jawa yang harus masuk bunker atau tempat perlindungan yang lainnya ketika mendengar suara pesawat, namun jepang memiliki maksud lain ketika orang kita sedang bersembunyi itu. Bisa juga di jadikan kritik pada zaman orde baru, kala itu pemimpin yang saya ibaratakan sebagai kancil bisa berkuasa begitu lama karena kelihaiannya dalam memanfaatkan situasi sehingga bisa mengalahkan rakyat yang saya ibaratkan sebagai gajah.

Pada masa-masa seperti penjajahan ataupun orde baru, jika kita mengkritik pemerintahan saat itu memang penjara atau penculikan sudah siap menampung kita. Bahkan tulisan yang merupakn cerita pendek ataupun novel yang didalamnya berisi kritik yang berbahaya pun tak boleh beredar dimasyarakat. Mungkin si Si Kancil ini sarana yang bisa saja menjadi sebuah kritik terhadap kelikikan birokrasi yang ada. Karena jika kita tidak benar-benar memperhatikan dan kritis terhadap cerita ini kita bisa saja berpendapat bahwa itu hanyalah fabel untuk anak-anak kecil saja. Menurut kacamata saya cerita ini lebih dari itu semua.

0 komentar:

  ©Blogger Theme by dims dhif merapi 2011

Back to TOP