Jumat, 16 Juli 2010

Bertanda-tanda

Siang itu udara begitu sejuk, aku menikmatinya dengan duduk di halaman depan rumahku yang cukup rindang dengan beberapa jenis pohon.

" Emmm.... Nikmat sekali siang ini tak seperti hari-hari biasanya yang membuatku benar-benar tak nyaman hidup di kota besar seperti ini." Gumamku.

Hari-hari yang melelahkan sebelumnya serasa selesai semua disiang hari ini. Seakan hidupku hanya terjadi dalam satu hari ini saja. Tidak tahu kenapa tiba-tiba pikiranku lepas dari semua penat atau beban yang memberatkanku pada hari-hari sebelumnya ketika aku memandang sinar-sinar matahari yang menembus dedadunan di atasku. Angin semilir yang menerpaku membuat semakin aku ingin hidup seperti ini selamanya.

Tak terasa aku tertidur di situ hingga senja tiba, terdengar sayup sura azan maghrib kala itu yang membuatku terbangun dari mimpi-mimpiku di bawah pohon beringin itu. Aku bergegas masuk kedalam rumah sebelum ayahku memanggilku.

Malam itu ayahku mengajakku untuk menyaksikan pertunjukan musik di rumah seni milik teman ayahku yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku. ketikka dalam perjalana aku mencoba untuk bercerita secara mendetail mengenai mimpiku, karena ketika aku tidur di bawah pohon beringin tadi siang aku bermimpi yang menurtku cukup aneh. Jadi aku ingin bertanya pada ayahku yang mungkin mengetahui mimpi itu sebagai pertanda apa.

" Yah, aku tadi bermimpi cukup aneh." Kataku.

" Mimpi apa?" tanya ayahku.

" Jadi begini, ketika aku berjalan di tengah hutan di bukit dekat rumah nenek aku menemukan sebuah padang rumput yang tak terlalu luas. Di tengah padang rumput itu tumbuh pohon yang menurut aku umurnya sudah cukup tua. Di sebelah pohon itu ada sebuah gubug yang ditinggali oleh seorang yang sudah tua, jika aku perkirakan umurnya sudah lebih dari delapan puluh tahun yah. Ketika aku masuk kedalam gubug itu, aku di beri ceramah yang cukup panjang lebar mengenai kondisi sekarang ini yah. Ketika aku keluar dari gubug itu tiba-tiba hutan yang ada disekitar padang rumput itu menjadi kering semua yah, hanya pohon yang ada di samping gubug itu saja yang nampak masih segar dan hijau. Pak tua berkata kepadaku, bahwa aku harus mengingat semua pesan dari pak tua itu. Setelah pak tua berkata seperti itu tiba-tiba langit menjadi gelap dan gubug serta pohon yang tadi hanya tinggal satu itu semua berubah menjadi tanah tandus yang retak-retak. Begitu ceritanya." ceritaku kepada ayahku.

" Memangnya pak tua itu bicara apa saja ke kamu?" tanya ayahku lagi.

" Pada intinya dia hanya berpesan kepadaku untuk lebih memikirkan bagaimana kelangsungsan lingkungan sekitar kita yah." jawabku.

" Dari hal itu sebenarnya kamu bisa membaca apa itu tanda yang diberikan oleh tuhan, yang bertujuan menuntun kita untuk bersikap lebih bijak terhadap segala sesuatu. dari kata si pak tua itu pun harusnya kamu sudah mengerti apa arti dari semua itu." Kata ayahku.

" Begitu ya..." Sahutku.

Dari hal itu aku mulai belajar bagaimana mengenali pertanda yang ada. Tapi aku belum begitu paham dengan apa yang dimaksud pertanda dalam maksud yang sebenarnya, dan dalam pandangan kebudayaanku sendiri yang begitu percaya pada tanda-tanda. Mungkin bisa ku artikan bahwa itu ,merupakan sebuah peringatan, atau himabauan dari tuhan untuk kita, dengan cara menggunakan media-media yang mungkin kita tak tentu paham dengan itu.

Aku mulai berpikir kembali tentang mimpiku tadi, bagaimana aku bisa membaca pesan yang ingin disampaikan tuhan kepadaku melalui mimpi itu. Aku menerjemahkannya akan ada sebuah masa dimana semua titik hijau, seperti hutan, pdang rumput akan mengalami sebuah fase dimana titik hijau tersebut akan rusak parah, dan hanya tersisa sebagian kecil saja.

Tapi aku juga tahu, bagaimana arti sebenarnya dari mimpiku itu dan mungkin juga bisa itu hanya bunga tidur seperti banyak orang katakan. Namun aku tak ingin membaca itu sebagai sebuha mimpi biasa namun sebagai sebuah pertanda dari tuhan.

0 komentar:

  ©Blogger Theme by dims dhif merapi 2011

Back to TOP