Rabu, 27 April 2011

teruntuk kepedihan dibatas senja

Matahari itu meredup seraya mataku yang juga meredup karena lelahnya hari ini, lebih meredup lagi ketika aku telah membuat seseorang  lagi terhadap diriku. Ku pandang matahari seolah menambah kecepatan terbenamnya, dan membuat hatiku semakin gelap lagi. Bulan baru pun tak pernah menampakan garis keilnya untuk memberikan sebuah penerangan. Ku hanya menatap pohon besar di sudut tempat ini, aku hanya akan termangu dan seperti biasa air mata ini tertetes tak tentu arah. Aku merasa telah sangat bersalah kepadanya. Namun sepertinya maaf itu tak cukup lagi, air mataku seolah membuat pohon tempatku termangu seolah memelukku dan membisikan sebuah kata, “ bisikanlah maafmu itu dengan lebih dalam lagi dan titipkanlah bisikmu itu kepada angina yang berhembus itu, dan angina akan mengirimkannya langsung ke orang itu”

Tanpa tersadar aku mengikuti saran dari pohon itu dan kubisikan sebuah kata dari kedalaman hati ini

 “ teruntuk cahaya dibatas senja, aku hanya bisa meminta maaf atas kesalahanku yang telah membuatmu mungkin kecewa dengan hari ini, hanya itu yang bisa ku sampaikan. sebenarnya aku sangat ingin merasakan pudding yang telah kau buat jika kau berkenan” 

0 komentar:

  ©Blogger Theme by dims dhif merapi 2011

Back to TOP